Sang Pejuang Bertudung Kain
Kedua bola mata itu terfokus dan mulut yang tidak berheti berteriak-teriak kecil dengan dibalut pakaian yang basah dan kaki yang hanya berhiaskan karet jepit sebagai alas, Sang pejuang itupun tidak pantang menyerah dan keputus asaan. Mulut yang selalu berkomat-kamit dan tangan yang selalu menggenggam sebatang besi berujung kain yang melebar. Rabu, 14 Mei 2014 pukul 19:15 hujan begitu deras mengguyur kota kelahiranku, sepulang dari kampus dengan menggunakan ular besi bertenaga baja (kereta) kehadiranku disambut oleh air hujan yang cukup deras, dan tidak lengkap rasanya pada saat hujan seperti ini tidak ada Sang Pejuang bertudung kain di depan stasiun yang sudah ramai dan antusias untuk menyambut kedatangan banyak orang yang turun dari gerbong kereta. Kehadiran mereka membawa berkah dan penolong bagi orang-orang, melalui besi berujungkan kain melebar mereka sangat giat untuk menawarkan jasa kepada orang-orang. Saya mencoba memperhatiakan satu diantara me